Cor dak lantai merupakan bagian paling strategis dalam sistem struktur bangunan bertingkat. Dalam konstruksi modern, dak lantai bukan sekadar pelat penutup antar lantai, tapi juga bagian utama dari sistem struktur horizontal yang harus kuat menahan beban tekan, tarik, puntir, dan getaran selama puluhan tahun.
Di balik setiap dak beton yang kokoh dan rata, terdapat proses pengecoran yang dipersiapkan dengan sangat teliti. Salah satu kunci keberhasilan pengecoran dak adalah pemeriksaan menyeluruh terhadap semua elemen sebelum pengecoran dimulai. Kelalaian pada satu aspek kecil saja dapat menyebabkan keretakan dini, deformasi struktural, atau bahkan kegagalan bangunan. Sebagai produsen dan distributor baja bangunan terpercaya, Perwira Steel menyusun panduan teknis ultra lengkap ini untuk Anda yang ingin memastikan pengecoran dak lantai berjalan sempurna, sesuai SNI, dan bebas dari risiko konstruksi.
A. Pemeriksaan Tahap Perencanaan: Dasar Utama Konstruksi yang Aman
1. Dokumen Perencanaan Struktural
Sebelum pekerjaan fisik dimulai, pastikan Anda memiliki semua dokumen teknis berikut:
- Gambar denah tulangan (shop drawing): mencakup jumlah, posisi, panjang sambungan, dan tipe besi beton yang digunakan.
- Spesifikasi teknis struktur: termasuk mutu beton (K225/K300/K350), diameter tulangan, dimensi slab dan balok.
- Analisis beban dan perhitungan struktur: dibuat oleh engineer bersertifikat dengan perhitungan yang disetujui (beban hidup, beban mati, dan beban tambahan).
B. Persiapan Bekisting: Menjamin Bentuk, Dimensi, dan Keselamatan Dak
1. Pemeriksaan Material dan Kekuatan Bekisting
- Gunakan triplek minimal 12 mm, balok kayu berkualitas, atau formwork logam untuk akurasi tinggi dan reusable.
- Pastikan seluruh sistem shoring dan scaffolding sudah tersambung kuat dan dilengkapi pengunci (clamp dan support).
2. Pengujian Level dan Kestabilan
- Gunakan laser level atau selang waterpass untuk memastikan permukaan bekisting rata dan sesuai elevasi desain.
- Pastikan tidak ada sudut miring yang ekstrem yang bisa menyebabkan beton tumpah atau menimbulkan perbedaan ketebalan dak.
3. Pelapisan Anti Adhesi
- Aplikasikan oli bekisting atau release agent pada seluruh permukaan bekisting untuk mencegah beton menempel.
Periksa sambungan antar triplek. Tambal dengan mortar atau dempul semen untuk mencegah kebocoran mortar beton.
C. Pemeriksaan Tulangan Besi Beton: Tulang Punggung Dak Bertulang
1. Jenis dan Ukuran Besi Beton
- Gunakan besi beton SNI 2052:2017 dari Perwira Steel, baik dalam bentuk ulir (deformed bar) maupun polos.
- Diameter umum untuk dak lantai: Ø8 mm, Ø10 mm, Ø12 mm, dan wiremesh M6–M8.
2. Penempatan dan Spacing Besi
- Ikuti shop drawing: spacing horizontal antar besi umumnya 15–20 cm.
- Gunakan chair bar dan spacer untuk menjaga jarak cover beton 25 mm dari permukaan bawah dan atas.
3. Sambungan dan Ikatan
- Overlap tulangan minimum 40ר (misal Ø10 mm → sambungan 400 mm).
- Gunakan kawat bendrat galvanis yang kuat, simpul ganda di titik-titik tumpuan utama (balok tengah, kolom).
4. Pengawasan Mutu di Lapangan
- Cek jika ada besi bengkok, berkarat parah, atau panjang tidak sesuai. Ganti segera.
Jangan menekuk besi di lokasi pengecoran tanpa izin teknis.
D. Pemeriksaan Komponen Pendukung Dak: Listrik, Plumbing, dan Void
1. Saluran Instalasi
- Pipa listrik dan plumbing harus ditanam sesuai rencana, dililit lakban tebal agar tidak kemasukan beton.
- Pasang sleeve (lubang pipa) dari PVC untuk penetrasi pipa di masa depan.
2. Void dan Bukaan Dak
- Tandai lokasi void (lubang tangga, skylight, lubang angin) di bekisting. Gunakan kayu keras untuk bentukannya.
- Tambahkan penguat ekstra di sekeliling void agar tidak amblas saat pengecoran.
E. Pemeriksaan Kualitas dan Komposisi Beton
1. Pemilihan Mutu Beton
- K-225 untuk bangunan 1–2 lantai, K-250/K-300 untuk struktur bertingkat.
- Gunakan ready-mix dari batching plant terpercaya atau campur manual dengan perbandingan tepat.
2. Campuran Manual (Site Mix)
- Komposisi ideal 1:2:3 (semen:pasir:kerikil) dengan air secukupnya. Gunakan takaran volume yang seragam.
- Gunakan semen non-curah bermutu tinggi.
3. Pengujian Beton Segar
- Lakukan uji slump di lokasi. Slump ideal 10–12 cm.
- Buat kubus uji (cylinder test) dan catat batch beton, waktu cor, suhu, dan kecepatan.
F. Kesiapan Peralatan dan Tenaga Kerja
1. Peralatan Standar Pengecoran
- Concrete mixer/manual (molen)
- Concrete vibrator (tipe internal/needle)
- Alat ratakan (screed bar), sekop, ember, ember air, tarpaulin
2. Tenaga Kerja
- Setiap 10 m³ beton butuh minimal 6 orang (2 pengecor, 1 vibrator, 1 supervisor, 2 pengangkut material).
- Wajib memakai APD: helm, sepatu safety, sarung tangan, rompi.
G. Waktu dan Kondisi Cuaca
- Ideal: pagi hari (06.00–10.00) saat suhu belum terlalu tinggi.
- Hindari pengecoran saat hujan deras, angin ekstrem, atau suhu udara di atas 35°C.
- Sediakan terpal untuk pelindung darurat dan genangan air.
H. Proses Pengecoran dan Vibrasi
1. Teknik Pengecoran
- Cor dari titik terjauh menuju akses keluar.
- Hindari penumpukan beton lebih dari 50 cm tanpa vibrasi.
2. Teknik Vibrasi
- Masukkan needle vibrator secara vertikal tiap 30–40 cm.
- Waktu ideal: 5–15 detik per titik. Jangan terlalu lama.
3. Perataan dan Finishing
- Gunakan screed bar dan waterpass untuk meratakan permukaan.
- Setelah rata, siram permukaan dengan air secukupnya.
I. Curing Beton: Perawatan yang Wajib untuk Mutu Maksimal
1. Curing Basah
- Mulai 2 jam setelah pengecoran. Siram air pagi, siang, sore selama minimal 7 hari.
- Gunakan karung basah atau plastik cor untuk menjaga kelembapan.
2. Curing Membran
- Oleskan curing compound berbasis air untuk lokasi kering dan panas ekstrem.
- Efektif mengurangi penguapan dini dan mencegah retak rambut.
J. Pemeriksaan Akhir dan Dokumentasi
1. Checklist Teknis
- Slump sesuai
- Volume dan batch beton cocok
- Besi sesuai gambar kerja
- Tidak ada void, deformasi, atau tumpahan
2. Dokumentasi Lapangan
- Foto harian, hasil uji slump, dan laporan pengawas.
- Tanda tangan supervisor, mandor, dan owner.