Gempa bumi merupakan fenomena alam yang tidak dapat dihindari, terutama di negara seperti Indonesia yang berada di jalur Cincin Api Pasifik. Namun, pertanyaan besar yang sering muncul setiap kali gempa terjadi adalah: mengapa begitu banyak bangunan runtuh, bahkan pada gempa dengan magnitudo yang tidak terlalu besar?
Jawabannya tidak selalu terletak pada kekuatan gempa semata, melainkan pada kualitas dan pemilihan material konstruksi yang digunakan. Artikel ini mengulas secara komprehensif alasan utama runtuhnya bangunan saat gempa dari sudut pandang material, sekaligus menegaskan pentingnya penggunaan material baja dan besi beton berkualitas seperti produk Perwira Steel.
Gempa dan Perilaku Material Bangunan
Saat gempa terjadi, bangunan menerima gaya dinamis berulang dari berbagai arah. Dalam kondisi ini, material konstruksi harus memiliki tiga karakter utama:
- Kekuatan (strength)
- Daktilitas (ductility)
- Ketahanan terhadap kelelahan material (fatigue resistance)
Jika salah satu karakter ini tidak terpenuhi, struktur akan gagal—retak, patah, atau runtuh secara tiba-tiba.
1. Penggunaan Material Berkualitas Rendah
Salah satu penyebab utama keruntuhan bangunan adalah penggunaan material yang tidak memenuhi standar teknis, seperti:
- Besi beton non-SNI
- Baja dengan komposisi kimia tidak terkontrol
- Material bekas atau daur ulang tanpa uji mutu
Material seperti ini umumnya kuat secara visual, tetapi rapuh saat menerima beban dinamis gempa.
2. Kekuatan Tanpa Daktilitas: Kesalahan Fatal
Banyak orang beranggapan bahwa semakin keras dan kaku material, maka semakin kuat bangunan. Faktanya, dalam kondisi gempa:
Material yang terlalu kaku dan tidak daktil justru lebih mudah patah.
Material dengan daktilitas rendah tidak mampu menahan deformasi berulang. Ketika ambang batas terlampaui, kegagalan terjadi secara mendadak dan tanpa peringatan.
3. Diameter dan Berat Besi Tidak Sesuai Spesifikasi
Banyak kasus runtuhnya bangunan disebabkan oleh:
- Diameter besi beton lebih kecil dari yang tertera
- Berat per meter tidak sesuai standar
- Penampang tidak presisi
Akibatnya, kapasitas struktur jauh di bawah perhitungan desain.
4. Ikatan Lemah antara Beton dan Baja
Dalam struktur beton bertulang, kekuatan bangunan bergantung pada ikatan antara beton dan baja tulangan. Jika:
- Permukaan besi licin
- Mutu baja rendah
- Profil ulir tidak optimal
maka ikatan melemah dan tulangan dapat terlepas saat gempa.
5. Material Beton yang Rapuh dan Tidak Konsisten
Selain baja, kualitas beton juga memegang peran penting. Beton yang:
- Terlalu banyak air
- Tidak melalui proses curing yang benar
- Menggunakan agregat berkualitas rendah
akan mudah retak dan hancur saat gempa.
6. Korosi Tersembunyi pada Material Baja
Banyak bangunan lama mengalami korosi pada tulangan baja, terutama di daerah lembap atau pesisir. Korosi menyebabkan:
- Penurunan luas penampang baja
- Berkurangnya daya lekat dengan beton
- Retak internal yang tak terlihat
Saat gempa, struktur yang sudah melemah ini runtuh lebih cepat
7. Material Tidak Sesuai dengan Lingkungan Gempa
Kesalahan lainnya adalah penggunaan material berat tanpa perhitungan. Semakin berat bangunan, semakin besar gaya inersia saat gempa.
Belajar dari Runtuhnya Bangunan: Material Bukan Sekadar Komponen
Setiap runtuhnya bangunan adalah pengingat bahwa material bukan sekadar komponen fisik, tetapi penentu utama keselamatan. Bangunan yang menggunakan material berkualitas dan sesuai standar terbukti memiliki tingkat kerusakan lebih rendah saat gempa.
Perwira Steel: Membangun Ketahanan dari Material Terbaik
Sebagai penyedia besi beton dan baja berkualitas, Perwira Steel berkomitmen untuk:
- Menyediakan material sesuai SNI
- Menjaga konsistensi mutu dan dimensi
- Mendukung konstruksi tahan gempa di Indonesia
Karena bagi Perwira Steel, material yang tepat adalah fondasi dari bangunan yang menyelamatkan nyawa.