Selama puluhan tahun, industri baja dikenal sebagai salah satu sektor dengan intensitas energi dan emisi karbon tertinggi di dunia. Namun kini, paradigma tersebut mulai berubah.
Perusahaan seperti Perwira Steel memimpin langkah transformasi menuju masa depan industri yang lebih hijau di mana kekuatan baja tidak hanya diukur dari daya tahannya, tetapi juga dari seberapa kecil jejak karbon yang ditinggalkannya.
Perwira Steel memandang bahwa tanggung jawab lingkungan bukanlah beban, melainkan investasi masa depan. Melalui inovasi teknologi, efisiensi energi, dan strategi keberlanjutan, perusahaan ini berkomitmen untuk menjadi pionir dalam menghadirkan baja rendah emisi karbon di Indonesia.
1. Apa Itu Jejak Karbon Baja dan Mengapa Hal Ini Penting?
Jejak karbon (carbon footprint) dalam industri baja merujuk pada total emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan selama proses pembuatan baja — mulai dari ekstraksi bahan baku, peleburan, hingga distribusi produk akhir.
Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sektor industri logam dasar menyumbang sekitar 12–15% dari total emisi industri nasional. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya inisiatif dekarbonisasi di sektor baja.
Perwira Steel menyadari bahwa masa depan industri tidak bisa lagi hanya berorientasi pada volume produksi, tetapi juga kualitas lingkungan. Karena itulah, langkah menuju baja rendah karbon menjadi bagian dari strategi utama perusahaan dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 yang dicanangkan pemerintah Indonesia.
2. Menelisik Proses Produksi Baja dan Sumber Emisinya
Untuk memahami bagaimana Perwira Steel melakukan efisiensi karbon, penting untuk mengetahui dari mana sumber emisi itu berasal.
Proses produksi baja secara umum mencakup beberapa tahap yang berpotensi menghasilkan emisi tinggi, seperti:
- Peleburan bijih besi di tanur sembur (blast furnace) yang menggunakan kokas (batu bara khusus) sebagai bahan bakar utama.
- Reduksi kimia antara besi oksida dan karbon yang menghasilkan gas CO₂ dalam jumlah besar.
- Pemanasan ulang dan rolling pada suhu tinggi untuk membentuk baja menjadi lembaran atau batangan.
Di setiap tahap inilah Perwira Steel melakukan optimalisasi energi dan pengendalian emisi, demi memastikan setiap kilogram baja yang dihasilkan memiliki dampak lingkungan yang seminimal mungkin.
3. Strategi Hijau Perwira Steel: Dari Energi Hingga Emisi Nol
Transformasi menuju pabrik hijau bukan hanya tentang mengganti mesin lama dengan yang baru. Perwira Steel melangkah lebih jauh melalui pendekatan holistik, mencakup tiga fokus utama:
a. Efisiensi Energi dan Penggunaan Energi Terbarukan
Perwira Steel telah mengimplementasikan sistem Energy Management ISO 50001, di mana konsumsi energi di setiap lini produksi dipantau secara real-time melalui sistem digital.
Sebagian kebutuhan energi kini juga dialihkan dari sumber konvensional menuju energi surya dan rekuperasi panas limbah produksi untuk pembangkit uap internal.
b. Teknologi Daur Ulang dan Circular Economy
Alih-alih membuang sisa logam, Perwira Steel memanfaatkan kembali scrap metal (besi bekas) sebagai bahan baku sekunder melalui proses Electric Arc Furnace (EAF) yang lebih ramah lingkungan dibanding tanur konvensional.
Proses ini dapat mengurangi emisi karbon hingga 60% lebih rendah, sekaligus memperpanjang umur siklus material baja.
c. Sistem Pengendalian Emisi dan Pengolahan Limbah
Perwira Steel membangun fasilitas Gas Treatment Plant (GTP) untuk menangkap dan menyaring partikel debu serta gas buangan dari tanur.
Selain itu, air pendingin pabrik diolah kembali melalui sistem closed-loop recycling, mengurangi kebutuhan air baru hingga 35% per tahun.
4. Menerapkan Digitalisasi untuk Mengukur dan Mengurangi Emisi
Sebagai bagian dari komitmennya terhadap Industry 4.0, Perwira Steel menerapkan sistem Digital Carbon Tracker, yaitu perangkat lunak yang merekam dan menganalisis data emisi secara otomatis dari setiap tahap produksi.
Dengan teknologi ini, perusahaan dapat:
- Mengidentifikasi titik sumber emisi tertinggi dan mengoptimalkan prosesnya.
- Menghitung jejak karbon per ton produk baja secara akurat.
- Menyusun laporan keberlanjutan berbasis data nyata (data-driven sustainability report).
Menurut hasil audit internal tahun terakhir, sistem digital ini berhasil menurunkan total intensitas karbon hingga 1,2 ton CO₂ per ton baja, jauh di bawah rata-rata industri nasional.
5. Kolaborasi dan Sertifikasi: Membuktikan Komitmen Nyata
Langkah hijau Perwira Steel tidak berjalan sendiri. Perusahaan aktif berkolaborasi dengan berbagai lembaga pemerintah dan organisasi lingkungan seperti:
- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam program Green Industry Certification.
- Badan Standardisasi Nasional (BSN) untuk memastikan produk baja memenuhi standar SNI Ramah Lingkungan.
- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam riset penggunaan bahan bakar rendah karbon.
6. Dampak Nyata: Dari Pabrik ke Planet
Transformasi menuju baja hijau bukan hanya menghasilkan manfaat bagi perusahaan, tetapi juga berdampak luas pada masyarakat dan lingkungan.
Beberapa pencapaian penting Perwira Steel antara lain:
- Penurunan emisi CO₂ hingga 28% dalam lima tahun terakhir.
- Pengurangan limbah padat pabrik sebesar 22% melalui sistem daur ulang internal.
- Pemanfaatan air limbah yang diolah kembali mencapai 40% dari total kebutuhan air pabrik.
Selain itu, Perwira Steel juga aktif menjalankan program CSR Hijau, seperti penghijauan area industri, konservasi sumber air, dan edukasi keberlanjutan bagi masyarakat sekitar kawasan pabrik.
7. Visi Masa Depan: Menuju Baja Net-Zero 2040
Perwira Steel telah menetapkan target ambisius — menjadi produsen baja rendah karbon pertama di Indonesia yang mampu mencapai Net-Zero Carbon Emission pada tahun 2040, dua dekade lebih cepat dari target nasional.
Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan berencana mengembangkan:
- Teknologi Hidrogen Hijau sebagai bahan reduksi pengganti batu bara.
- Sistem Carbon Capture and Storage (CCS) untuk menahan dan mendaur ulang CO₂ dari proses produksi.
- Kemitraan hijau dengan pemasok bahan baku yang memiliki komitmen serupa terhadap lingkungan.
Langkah-langkah ini memperlihatkan bahwa Perwira Steel tidak hanya berbicara tentang inovasi, tetapi benar-benar mendefinisikan ulang masa depan industri baja yang hijau, efisien, dan berkelanjutan.
Transformasi yang dilakukan Perwira Steel membuktikan bahwa kekuatan sejati tidak hanya datang dari logam yang kokoh, tetapi juga dari komitmen moral terhadap bumi.
Dengan menurunkan jejak karbon, memanfaatkan energi bersih, dan mengedepankan prinsip ekonomi sirkular, Perwira Steel telah menempatkan dirinya sebagai ikon baru industri baja hijau Indonesia.
Di tengah perubahan iklim global, keberanian perusahaan untuk beradaptasi dan berinovasi menjadi bukti bahwa industri berat pun dapat berjalan seiring dengan keberlanjutan lingkungan.
Perwira Steel bukan hanya membangun baja, tetapi juga membangun masa depan yang lebih bersih, cerdas, dan berkelanjutan.